Ki Hajar Dewantara Sang Tokoh Pendidikan
Hari Pendidikan Nasional Diadopsi Dari Tanggal Kelahiran Ki Hajar Dewantara
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, diambil dari tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara atau yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sendiri merupakan tokoh pendidikan yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Beliau lahir di Pakualaman, pada 2 Mei 1889 silam. Selama hidupnya, Beliau adalah sosok berjasa yang telah memperjuangkan hak-hak pendidikan pada masa penjajahan Belanda.
Salah satu jasa Bapak Pendidikan Nasional yang banyak dikenal oleh banyak orang yakni berhasil mendirikan Taman Siswa untuk para pribumi agar dapat mengeyam pendidikan serupa dengan bangsawan pada masa itu.
Menurut beberapa sumber sejarah, pengambilan tanggal kelahiran Ki Hajar Dewantara pada 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional tersebut dicetuskan oleh Muhammad Yamin pada tahun 1954.
Sosok yang juga dikenal sebagai tokoh pendidikan, yakni Muhammad Yamin dikatakan memberikan usulan tersebut kepada Bung Karno sebagai apresiasi atau penghormatan terhadap jasa-jasa besar Ki Hajar Dewantara yang telah memajukan pendidikan nasional. Kemudian usulan tersebutpun disahkan secara resmi melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 terhitung tanggal 28 November 1959.
Selain menjadikan kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional, semboyan yang sering diutarakan oleh Beliau juga dijadikan sebagai slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia. Adapun semboyan tersebut berbunyi “Tut Wuri Handayani” atau lengkapnya “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang berarti “Jika kita di depan harus bisa menjadi tauladan, jika di tengah bisa membangkitkan semangat, dan jika dibelakang bisa memberikan dorongan moral dan semangat kerja”.
Beliau merupakan pendiri perguruan taman Siswa yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk dapat memperoleh pendidikan. Kihajar Dewantara terkenal dengan tulisannya “Seandainya Aku Seorang belanda” (Judul asli : Als Ik Eens Nederlander Was), yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker tahun 1913. Beberapa kutipan tulisan tersebut antara lain : “Sekiranya aku seorang belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan pemikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh Si Inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan bathin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengkongsi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingan sedikitpun ”
(Sumber : Bimbingan Konseling;Impresi, Esis 2007)
Posting Komentar untuk "Ki Hajar Dewantara Sang Tokoh Pendidikan"