Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BERSYUKUR SEBAGAI IBADAH

Essay : Bersyukur Sebagai Ibadah

Penulis : Arman, S.Pd. M.Pd.

Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Terbangun di pagi hari, adalah berkah yang sangat luar biasa diberikan Tuhan kepada kita. Bukankah itu sebuah berkah saudara-saudaraku?

Setelah hampir setengah malam, kita dimatikan oleh Tuhan dalam bentuk wujud sebuah tidur. Kita diberikan waktu untuk melanglang buana dalam mimpi yang indah maupun tidak, kita masih diberikan Tuhan sebuah hak untuk mengistirahatkan fisik dan rohani kita lewat tidur. Dan, ketika kita dibangunkan oleh Tuhan di pagi hari, maka nikmat apa lagi yang akan kita ingkari?

Pagi hari adalah waktu yang sangat tepat untuk merenung. Ketika bangun dari tidur yang lelap, saya sarankan untuk meluangkan waktu sejenak untuk merenung dan mengingat sesuatu yang simpel  dan sangat sederhana. Sebuah renungan yang diharapkan dapat menghadirkan rasa syukur.

Kita tidak usah merenungkan sesuatu yang terlalu jauh untuk kita jangkau. Kita tidak perlu mengingat sesuatu yang terlalu sulit diingat yang akan menguras rasa dan rasio kita. Kita tidak perlu merenungkan dan mengingat lukisan hidup kita yang entah kelam atau menyenangkan. Cukuplah kita renungkan sesuatu yang sangat sederhana. Renungkan saja apa yang ada dan terjadi dalam diri sendiri, seperti lancarnya nafas kita ditarik dan dibuang, mata kita masih berkenan berkedip, pita suara kita masih berfungsi, leher kita masih dapat menoleh, dan bagaimana tangan dan kaki kita masih bisa mengayun dan melangkah.

Renungan tersebut di atas, adalah sebuah cara yang sangat sederhana yang ada dan terjadi pada diri kita setiap hari. Walaupun mungkin pernah kita ingat salah satu anggota fisik kita pernah sakit dan gagal untuk bergerak, tetapi paling tidak, kita masih bisa bersyukur Tuhan masih memelihara semua anggota fisik kita, Tuhan masih  berkenan memfungsikan salah satu anggota fisik kita.

            Aktifitas merenung dan mengingat yang kita lakukan setiap pagi hari, adalah salah satu cara untuk melatih otot syukur kita. Karena ketika rasa syukur atas apa yang dimiliki pada diri kita, akan dapat dijadikan sebagai metode yang mujarab untuk membuktikan penghambaan kita kepada Tuhan.

          Melatih otot syukur pada diri kita berarti kita telah membuat pertahanan diri atas merajalelanya otot keluh kesah dan rasa putus asa yang tidak perlu. Makanya, semakin kita melatih otot syukur, maka semakin kita membuat tangga takdir kita sebagai hamba Allah yang penuh dengan ketidaksempurnaan. Semakin kita bersyukur, maka Tuhan pun akan semakin menyayangi dan melindungi kita.  


   

Posting Komentar untuk "BERSYUKUR SEBAGAI IBADAH"